Sebuah bincang tentang 4 orang murid Syaikhana Kholil Bangkalan yang akan jadi tonggak dakwah Indonesia. Dari 4 orang murid Syaikhana Kholil Bangkalan itu NU, Muhammadiyah, MIAI, dan Masyumi terpondasi. 

Awal 1900-an, 4 murid tamatkan pelajarannya pada Kyai Khalil di Bangkalan, Madura. Menyeberangi selat, 2 ke Jombang, 2 ke Semarang. Dua murid yang ke Jombang, 1 dibekali cincin (kakek Cak Nun), 1 lagi KH Romli (ayah KH Mustain Romli), dibekali pisang mas. Dua murid yang ke Semarang; Hasyim Asy'ari & Muhammad Darwis, masing-masing diberi kitab untuk dingajikan pada Kyai Soleh Darat. 

Kyai Soleh Darat adalah 'ulama terkemuka, ahli Nahwu, ahli Tafsir, ahli Falak; keluarga besar RA Kartini mengaji pada beliau. Bahkan atas masukan Kartini-lah, Kyai Soleh Darat menerjemahkan Al Quran ke dalam bahasa Jawa agar bisa difahami. Pada Kyai Soleh Darat, Hasyim dan Darwis -yang kemudian berganti nama jadi Ahmad Dahlan- belajar tekun dan rajin, lalu 'diusir'. Kedua sahabat itu -Hasyim Asy'ari & Ahmad Dahlan- diperintahkan Kyai Soleh Darat segera ke Makkah untuk melanjutkan belajar. 

Setiba di Makkah, keduanya nan cerdas menjadi murid kesayangan Imam Masjidil Haram, Syaikh Ahmad Khathib Al Minankabawi. Tampaklah kecenderungan Hasyim yang sangat mencintai hadits, sementara Ahmad Dahlan tertarik bahasan pemikiran dan gerakan Islam. Tentu riwayat jalan berilmu mereka panjang. Saya akan melompat pada kepulangan mereka ke tanah air & gerakan nan dilakukan. 

Hasyim Asy'ari pulang ke Jombang. Di sana, kakek Cak Nun -yang maafkan saya terlupa namanya- menantinya penuh rindu. Kakek Cak Nun nan 'sakti' inilah yang menaklukkan kawasan rampok dan durjana bernama Tebuireng untuk didirikan pesantren. Hasyim Asy'ari dia mohon agar berkenan mulai mengajar di situ. Beliau membuka pengajian 'Shahih Al Bukhari' di sana. Fahamlah kita, satu-satunya orang yang bisa bujuk Gus Dur keluar istana saat impeachment dulu ya Cak Nun. Ini soal nasab;). Saat disuruh mundur orang lain, Gus Dur biasanya jawab; "Saya kok disuruh mundur, maju aja susah, harus dituntun!" Tapi Cak Nun tidak menyuruhnya mundur. Kata beliau, "Gus, koen wis wayahe munggah pangkat! Sudah saatnya naik jabatan!" ^_^ 

KH Romli Tamim yang juga di Jombang, mendirikan pesantren di Rejoso; kelak jadi pusat Thariqah Al Mu'tabarah yang disegani. 

Kembali ke Hadratusy Syaikh Hasyim Asy'ari, CATAT INI: beliaulah orang yang menjadikan pengajian hadits penting & terhormat. Sebelum Hadratusy Syaikh memulai Ponpes Tebuireng-nya dengan Kajian Shahih Al Bukhari, umumnya pesantren cuma ajarkan Tarekat. Tebuireng makin maju, santri berdatangan dari seluruh Nusantara. Hubungan baik terjalin dengan Kyai Hasbullah, Tambakberas. Putra Kyai Hasbullah, Abdul Wahab, kelak jadi pendiri organisasi Islam terbesar yang dinisbatkannya pada Hadratusy Syaikh: NU. Konon, selama KH Abdul Wahab Hasbullah dalam kandungan, ayahnya mengkhatamkan Al Quran 100 kali diperdengarkan pada si janin. 

Tebuireng juga berhubungan baik dengan KH Bisyri Syansuri Denanyar. Abdul Wahid Hasyim menikahi putri beliau (Ibu Gus Dur). KH Bisyri Syansuri juga beriparan dengan KH Abdul Wahab Hasbullah. Inilah segitiga pilar NU: Tambakberas-Tebuireng-Denanyar. 
Satu waktu ada santri Hadratusy Syaikh melapor; dari Yogyakarta ada gerakan yang ingin memurnikan agama & aktif beramal-usaha. "O, kuwi Mas Dahlan", ujar Hadratusy Syaikh, "Ayo padha disokong!" Itu Mas Dahlan, ayo kita dukung sepenuhnya, ajak beliau. KH Ahmad Dahlan sang putra penghulu Keraton itu amat bersyukur. Beliau kirimkan hadiah. Hubungan kedua keluarga makin akrab. 

Sampai generasi ke-4, putra-putri Tebuireng yang kuliah di Jogja selalu kos di keluarga KH Ahmad Dahlan Kauman (Gus Dur juga). Sebagai bentuk dukungan pada perjuangan KH Ahmad Dahlan, Hadratusy Syaikh menulis kitab 'Munkarat Maulid Nabi wa Bida'uha', bagi Hadratusy Syaikh, itu banyak bid'ah & mafsadatnya. UNIK: satu-satunya Kyai NU yang tak diperingati HAUL-nya ya beliau. 

Ketika akhirnya gesekan makin sering terjadi antara anggota Muhammadiyah VS kalangan pesantren, Hadratusy Syaikh turun tangan. "Kita & Muhammadiyah sama. Kita Taqlid Qauli (mengambil PENDAPAT 'ulama Salaf), mereka Taqlid Manhaji (mengambil METODE)." 
Tetapi dipelopori KH Abdul Wahab Hasbullah, para murid menghendaki kalangan pesantren pun terorganisasi baik. NU berdiri. Direstui Hadratusy Syaikh, Abdul Wahab Hasbullah & rekan berangkat ke Makkah menghadap raja Saudi sampaikan aspirasi Madzhab. Kepulangan mereka disambut Hadratusy Syaikh dengan syukur sekaligus meminta untuk terus bekerjasama dengan Muhammadiyah. 

Atas prakarsa Hadratusy Syaikh, KH Mas Mansur -Muhammadiyah- & tokoh lain, terbentuklah Majlisul Islam A'la Indunisiya (MIAI). Mengapa kisah Kyai Khalil dari Bangkalan & murid-muridnya penting? Agar terjaga fikiran, lisan, & perkataan kita nan mengaku pewaris dakwah hari ini;) Yang tidak memahami sejarah, nasab keluarga, & sanad Ilmu, akan kesulitan memahami & membawakan dakwah pada kalangan tertentu. Jika kini sebagian santri yang bernasab baik & bersanad ilmu itu jadi Liberal; naiflah memusuhi tanpa kelayakan untuk didengar kalangannya;) 

-Disarikan dari Kultwit Salim A Fillah: Syaikhana-
Isi Komentar Anda
Isi Komentar AndaDalam rangka membangkitkan ekonomi islam foreks (forum ekonomi syariah)ingin sekali mengajak saudara-saudara/SDI untuk bersama-sama membangun sumber daya yang handal. Salah satu wujud keinginan tersebut adalah bersama-sama saling berbagi pengetahuan. Didalam blog ini akan banyak membahas berbagai permasalahan ekonomi, baik konvensional maupun islam. Terima kasih saudara-saudaraku seiman dan seperjuangan anda sudah bergabung di blog ini. mudah-mudahan bermanfaat